Merasa Galau? Kutipan Senja dari 'Mantra Patah Hati' Ini Mewakili Perasaanmu - Penerbit Yayasan Pendidikan Transformasi Teknologi

MAKASSAR, YPTRANSTEKNOLOGI.SCH.ID –

Merasa galau? Pernahkah kau merasakan hari yang begitu panjang hingga setiap detiknya terasa seperti penantian yang tak berujung? Pernahkah kau menitipkan sebuah pesan pada semburat jingga di langit, berharap angin membisikkannya kepada seseorang yang jauh di sana?

Ada perasaan yang hanya bisa dipahami dalam keheningan senja—saat terang perlahan menyerah pada gelap, saat rindu terasa begitu pekat hingga menyesakkan dada. Dalam buku terbaru, “Mantra Patah Hati“, kami menemukan sebuah jeritan sunyi yang diwakilkan oleh senja.

Dari lembaran kisah ini, izinkan kami berbagi bisikan hati sang tokoh utama, sebuah mantra yang diucapkannya setiap kali langit mulai meredup:

Senja, tolong sampaikan kepada dirinya betapa siang terasa begitu panjang saat kutunggu bayangnya di ufuk.
Senja, tolong beritahu dia betapa malam selalu kurindukan, sebab di sanalah aku melukis wajahnya dalam keheningan yang bergetar.
Senja, katakan kepadanya betapa aku rela tenggelam dalam cahaya redupmu, karena malam lebih mengerti betapa siluetnya pun ingin kutemani.
Senja, bisikkan di telinganya bahwa aku adalah hati yang setia menunggu kepulangannya, meski ia pernah meninggalkanku dalam gelap yang nyaris abadi.

Kutipan di atas bukan sekadar untaian kata, melainkan sebuah ritual. Sebuah mantra yang diulang-ulang oleh hati yang menolak untuk menyerah. Dalam “Mantra Patah Hati“, kita akan diajak menyelami palung terdalam dari sebuah penantian. Kisah tentang bagaimana seseorang bisa tetap setia pada janji yang mungkin telah dilupakan, dan bagaimana cinta bisa menjadi kekuatan sekaligus luka yang paling pedih.